Laporan
Praktikum
Operasi
Teknik Kimia II
DISTILASI II
Oleh :
KELOMPOK
VI
A
ANGGI YUDI TIAWARMAN (1012034 )
FALDI LULRAHMAN (1012058 )
FITRI
JEFRI SATRIAWAN
KRISNA WAHYUNI
AKADEMI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
2012/2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR................................................................................... ii
DAFTAR TABEL......................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang.......................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah....................................................................................... 2
1.3
Tujuan Praktikum..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
2.1 Pengertian Distilasi................................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Distilasi................................................................................... 4
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Distilasi............................................ 6
2.4 Distilasi Batch dengan
Sistem Refluk...................................................... 7
2.5 Pengaruh
Perbandingan Refluk terhadap Komposisi Distilat.................. 7
2.6 Kesetimbangan Uap-Cair......................................................................... 8
2.7 Distilasi Differensial............................................................................... 10
BAB III ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan....................................................................................... 12
3.1.1 Alat...................................................................................................... 13
3.1.2 Bahan................................................................................................... 13
3.2 Prosedur Kerja........................................................................................ 13
3.2.1 Kalibrasi Refraktometer...................................................................... 13
3.2.2 Refluk Total......................................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengolahan Data.......................................................................... 15
4.2. Pembahasan........................................................................................... 16
4.2.1 Larutan Standar Etanol....................................................................... 16
4.2.2 Distilat................................................................................................. 16
4.2.3 Residu.................................................................................................. 17
4.2.4 Massa Bahan yang Hilang................................................................... 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan............................................................................................ 19
5.2. Saran...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 2.1 Distilasi Differensial..............................................................
10
Gambar 3.1
Skema Perangkat Distilasi Batch............................................ 12
Gambar
4.1 Kurva Hubungan antara Indeks
Biasa dengan [Etanol]......... 16
Gambar
4.2 Kurva Hubungan antara
[Distilat] dengan Waktu.................. 16
Gambar
4.3 Kurva Hubungan antara
[Residu] dengan Waktu................... 17
DAFTAR
TABEL
Tabel 4.1.1 Data Larutan Standar Etanol.................................................... 15
Tabel
4.1.2 Data Konsentrasi Distilat
dan Residu...................................... 15
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Distilasi adalah unit operasi yang sudah ratusan
tahun diaplikasikan secara luas. Di seperempat abad pertama dari abad ke-20
ini, aplikasi unit distilasi berkembang pesat dari yang hanya terbatas pada upaya
pemekatan alkohol kepada berbagai aplikasi di hampir seluruh industri kimia.
Distilasi pada dasarnya adalah proses pemisahan suatu campuran menjadi dua atau
lebih produk lewat eksploitasi perbedaan kemampuan menguap komponen-komponen
dalam campuran. Operasi ini biasanya dilaksanakan dalam suatu klom baki (tray
column) atau kolom dengan isian (packing column) untuk mendapatkan
kontak antar fasa seintim mungkin sehingga diperoleh unjuk kerja pemisahan yang
lebih baik.
Operasi distilasi dilakukan untuk memisahkan campuran cair-cair menjadi
komponen-komponennya berdasarkan pada perbedaan titik didih. Operasi distilasi
juga dilakukan setelah proses ekstraksi untuk memisahkan kembali pelarutnya.
Di industri, proses destilasi sering kita jumpai pada industri pengilangan minyak bumi,pemurnian minyak atsiri, produksi etanol, dll.
Di industri, proses destilasi sering kita jumpai pada industri pengilangan minyak bumi,pemurnian minyak atsiri, produksi etanol, dll.
|
Proses pemisahan secara distilasi dapat dilakukan secara batch maupun
kontinyu. Dalam operasi distilasi secara batch, sejumlah massa larutan umpan
dimasukkan ke dalam labu distilasi kemudian dipanaskan. Selama proses distilasi
berjalan, larutan akan menguap. Uap yang terbentuk akan segera meninggalkan
labu distilasi untuk diembunkan. Dengan demikian, sejumlah komponen dalam umpan
yang memiliki titik didih rendah akan terpisah lebih dahulu menjadi distilat.
Pada operasi distilasi batch, laju
alir maupun komposisi umpan dan produk distilat berubah setiap waktu selama
operasi berlangsung. Proses pemisahan dengan metode distilasi batch digunakan
untuk proses pemisahan berkapasitas kecil, misalnya dilakukan di laboratorium.
Distilasi batch dapat dilakukan
dalam suatu kolom yang tersusun dari sejumlah tumpukan packing yang dilengkapi
dengan reboiler. Kolom distilasi batch dapat dipandang sebagai kolom yang
tersusun dari enriching section karena sebelum operasi dimulai, sejumlah
umpan dengan komposisi tertentu dimasukkan ke dalam reboiler.
1.2
Batasan
Masalah
Pada praktikum ini yang perlu diperhatikan adalah:
konsentrasi etanol yang dihasilkan dari pengukuran indeks bias larutan standar
, indeks bias yang konstan dari destilat dan residu yang dihasilkan pada
distilasi batch, waktu yang dibutuhkan dalam mencapai indeks bias konstan dari
distilat dan residu.
1.3 Tujuan Praktikum
Dari praktikum yang telah dilakukan
tujuannya adalah:
1.
Mengetahui hubungan konsentrasi dengan
waktu untuk reflux total dan refluk tertentu
2.
Penentuan indeks bias dengan konsentrasi
umpan tertentu
3.
Menentukan derajat pemisahan dari suatu
campuran biner dengan operasi secara batch menggunakan kolom fraksionasi
4.
Menentukan persen (%) kehilangan massa
selama proses
BAB
II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
2.1 Pengertian Distilasi
Distilasi adalah suatu metode
operasi pemisahan suatu komponen dari campurannya yang didasarkan pada
perbedaan titik didih atau tekanan uap murni masing-masing komponen dengan
menggunakan panas sebagai tenaga pemisah.
Proses pemisahan pada operasi
distilasi terjadi karena adanya perpindahan massa akibat kontak antar fasa uap
dengan fasa cairannya. Jika kontak antarfasa dibiarkan berlangsung dalam waktu
relative cukup, maka sistem akan dimungkinkan berada dalam keseimbangan fisis.
Setelah keseimbangan fisistercapai, uap segera dipisahkan dari cairannya dan
dikondensasikan membentuk embunan/ distilat.
Dalam keadaan seimbangan terdapat
beda komposisi antara fasa uap dengan fasa cairannya. Komposisi komponen ringan
dalam fasa uap lebih besar disbanding komposisi komponen yang sama dalam fase
cairannya. Dalam distilat banyak mengandung komponen dengan tekanan uap murni
tinggi atau yang mempunyai titik didih rendah sedangkan komponen yang tekanan
uap murninya rendah atau yang mempunyai titik didih tinggi sebagian besar
terdapat dalam residu.
|
Pada operasi destilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa
bila campuran zat cair dalam keadaan setimbang dengan uapnya, maka fasa uapnya
akan lebih banyak mengandung komponen yang lebih mudah menguap, sedangkan faksi
cairanya akan mengandung lebih sdikit komponen yang mudah menguap. Apabila uap
tersebut kemudian dikondensasikan, maka akan didapatkan cairan yang berbeda
komposisinya dari cairan yang pertama. Cairan yang didapatkan dari kondensasi
tersebut mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap (volatile)
dibandingkan dengan cairan yang tidak teruapkan.
Bila cairan yang berasal dari
kondensasi diuapkan lagi sebagian, maka akan didapatkan uap dengan komponen
volatile yang lebih tinggi.
Keberhasilan suatu operasi destilasi tergantung pada keadaan setimbang yang terjadi antara fasa uap dan fasa cair dari suatu campuran biner yang terdiri dari komponen volatile dan non-volatile.
Keberhasilan suatu operasi destilasi tergantung pada keadaan setimbang yang terjadi antara fasa uap dan fasa cair dari suatu campuran biner yang terdiri dari komponen volatile dan non-volatile.
2.2 Jenis-Jenis
Distilasi
Distilasi sendiri dibagi menjadi tiga jenis proses
yaitu kontinyu, batch, dan semi batch/kontinyu.
1.
Distilasi Kontinyu
Proses ini berlangsung terus-menerus
yaitu pertama-tama cairan campuran diumpankan ke dalam menara kolom.
Selanjutnya cairan yang tidak berubah menjadi uap menuju ke bawah akibat gaya
gravitasi, sedangkan cairan yang menjadi uap bergerak ke atas. Untuk cairan ke
bawah selanjutnya keluar column untuk diumpankan ke reboiler. Hasil reboiler
yang berupa gas dikembalikan lagi ke dalam column dan yang tidak langsung
mengalir keluar menjadi produk bawah. Untuk gas hasil distilasi selanjutnya
dikondensasikan menjadi cairan yang disebut dengan produk distilasi. Sedangkan
gas yang tidak terkondensasi selanjutnya dikembalikan ke dalam column distilasi
untuk diproses kembali. Pada proses distilasi secara kontinyu dikenal dengan
istilah bagian rectifying dan bagian stripping. Bagian rectifying adalah proses
bagian atas setelah gas keluar dari column distilasi dan bagian stripping
adalah proses bagian bawah setelah cairan keluar dari column distilasi.
Biasanya dalam column ini digunakan untuk memisahkan umpan multikomponen untuk
menghasilkan dua atau lebih produk murni.
2.
Distilasi Batch
Proses distilasi ini merupakan
proses yang paling tua yang diketahui untuk memisahkan suatu cairan campuran.
Pada zaman dahulu proses ini seering digunakan untuk menyuling minuman
beralkohol, minyak parfum, untuk farmasi dan penghasil minyak tanah. Selain itu
proses ini juga digunakan untuk memproduksi bahan kimia yang bagus dan
spesialis. Metode ini dipakai hanya untuk sekali proses saja, setelah itu
proses pembersihan alat kemudian proses distilasi dapat dimulai kembali.
Sekarang ini metode distilasi batch merupakan metode yang sering digunakan
dalam berbagai industri kimia.
Alat pada distilasi batch berbeda
bentuknya dengan alat distilasi kontinyu yaitu pada bagian stripping di
distilasi kontinyu dihilangkan pada proses distilasi batch. Pada bagian ini
diganti dengan aliran umpan menuju column pada distilasi batch. Selain itu pada
bagian retifying output produk di distilasi kontinyu hanya satu, sedangkan pada
distilasi batch ada 2 produk dan 1 produk intermediet. Alat ini digunakan pada
proses distilasi batch secara konvensional. Tentu sekarang sudah ada modifikasi
terhadap metode distilasi batch saat ini dengan adanya penelitian-penelitian
mengenai optimasi distilasi batch.
Prinsip kerja dari distilasi bacth
adalah pertama-tama umpan masuk melalui bawah column. Setelah itu dipanaskan
yang mana menghasilkan gas yang akan naik keatas column. Cairan yang tidak
menguap akan tetap dibawah sampai pemanasan selesai. Gas hasil pemanasan akan
keluar dari column lalu dikondensasikan menjadi cairan yang diinginkan,
sedangkan gas yang tidak dapat terkondensai akan dikembalikan ke column. Akan
tetapi hasil dari distilasi pertama belum 100% murni. Untuk itu hasil distilasi
pertama dapat didistilasi kembali untuk mendapatkan produk dengan kemurnian
yang lebih tinggi dari produk sebelumnya.
Modus operasi distilasi adalah distilasi curah
(batch distillation). Pada operasi ini, umpan dimasukkan hanya pada awal operasi,
sedangkan produknya dikeluarkan secara kontinu. Operasi ini memiliki beberapa
keuntungan:
1.
Kapasitas operasi terlalu kecil jika
dilaksanakan secara kontinu. Beberapa peralatan pendukung seperti pompa,
tungku/boiler, perapian atau instrumentasi biasanya memiliki kapasitas atau
ukuran minimum agar dapat digunakan pada skala industrial. Di bawah batas
minimum tersebut, harga peralatan akan lebih mahal dan tingkat kesulitan
operasinya akan semakin tinggi.
2.
Karakteristik umpan maupun laju operasi
berfluktuasi sehingga jika dilaksanakan secara kontinu akan membutuhkan
fasilitas pendukung yang mampu menangani fluktuasi tersebut. Fasilitas ini
tentunya sulit diperoleh dan mahal harganya. Peralatan distilasi curah dapat
dipandang memiliki fleksibilitas operasi dibandingkan peralatan distilasi
kontinu. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa peralatan distilasi curah
sangat cocok digunakan sebagai alat serbaguna untuk memperoleh kembali pelarut
maupun digunakan pada pabrik skala pilot.
3.
Distilasi
Semi-Batch/Kontinyu
Proses kerja dari distilasi semi
batch/kontinyu adalah menggabungkan prinsip kerja dari distilasi batch dan
distilasi kontinyu. Contohnya adalah dimana terjadi kesamaan antara prinsip
kerja pada proses batch, akan tetapi terdapat perbedaan pada pengumpanan bahan
baku. Dimana pengumpanan bahan baku hampir sama prinsip kerjanya pada proses distilasi
kontinyu.
2.3
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Distilasi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi distilasi adalah:
1.
Sifat dari campuran,
2.
Karakteristik kolom,
3.
Jenis kolom (plate, packed, vigreuz) dan panjang
kolom,
4.
Besaran-besaran lainnya (laju uap naik, laju cairan
turun/ reflux, luas permukaan kontak antara fasa gas dan cair, dan effisiensi
perpindahan massa).
2.4
Distilasi
Batch dengan Sistem Refluk
Pada proses pemisahan secara
distilasi, peningkatan efisiensi pemisahan dapat dilakukan dengan cara
mengalirkan kembali sebagian produk hasil puncak dan/ atau hasil dasar, masuk
kembali ke dalam kolom. Cara ini dikenal sebagai operasi distilasi dengan
sistem refluk.
Secara refluk dimaksudkan untuk
memberi kesempatan cairan refluk dan/ atau uap refluk untuk mengadakan kontak
ulang dengan fasa uap maupun fasa cairannya dalam kolom sehingga:
1.
Secara total, waktu kontak antarfasa semakin lama
2.
Perpindahan massa dan perpindahan panas akan terjadi
kembali
3.
Distribusi suhu, tekanan dan konsentrasi di setiap
fasa semakin uniform
4.
Terwujudnya keseimbangan semakin didekati
Peningkatan efisiensi pemisahan
dapat ditinjau dari dua sudut pandang:
1.
Untuk mencapai kemurnian yang sama, jumlah stage ideal
yang dibutuhkan semakin sedikit
2.
Pada penggunaan jumlah stage ideal yang sama,
kemurnian produk hasil pemisahan semakin tinggi
2.5 Pengaruh Perbandingan Refluk
terhadap komposisi distilat
Perbandingan refluk adalah
perbandingan antara uap yang terkondensasi dan dikembalikan sebagai cairan yang
masuk ke dalam kolom dengan yang diambil sebagai distilat. Berdasarkan
pengertian tersebut, semakin besarnya perbandingan
refluk (R) berarti cairan yang dikembalikan (L0)
akan semakin banyak. Cairan itu akan mengalami kontak ulang lebih lanjut dengan
fasa uap menuju puncak kolom. Terjadinya kontak ulang antar fasa akan
menyebabkan terjadinya perpindahan panas dan massa secara simultan. Komponen
yang lebih volatile lebih banyak terdapat dalam fasa uap dan keluar dari puncak
kolom sebagai produk distilat.
|
||||||
|
||||||
Gambar 2. Hubungan
refluk terhadap komposisi distilat.
Dengan menggunakan alat kontak jenis
apapun, produk hasil pemisahan campuran etanol-air secara distilasi tidak akan
pernah mencapai komposisi azeotropnya. Komposisi maksimal distilat adalah 0,94.
Meskipun demikian serendah – rendah komposisi distilat tidak akan lebih kecil
dari komposisi umpan masuk kolom (= yf). Dalam bentuk lain
pernyataan tersebut dapat dituliskan sebagai:
yf < xD < 0,94
2.6 Kesetimbangan Uap-Cair
Seperti telah disampaikan terdahulu, operasi
distilasi mengekspoitasi perbedaan kemampuan menguap (volatillitas)
komponen-komponen dalam campuran untuk melaksanakan proses pemisahan. Berkaitan
dengan hal ini, dasar-dasar keseimbangan uap-cair perlu dipahami terlebih dahulu.
Berikut akan diulas
secara
singkat pokok-pokok penting tentang kesetimbangan uap-cair guna melandasi pemahaman
tentang operasi distilasi
.
Harga-K dan Volatillitas Relatif
Harga-K (K-Value) adalah ukuran tendensi
suatu komponen untuk menguap. Jika harga-K suatu komponen tinggi, maka komponen
tersebut cenderung untuk terkonsentrasi di fasa uap, sebaliknya jika harganya
rendah, maka komponen cenderung untuk terkonsentrasi di fasa cair.
Dengan yi adalah fraksi mol komponen i di fasa uap
dan xi adalah fraksi mol komponen I di fasa fasa cair. Harga-K adalah fungsi
dari temperatur, tekanan, dan komposisi. Dalam kesetimbangan, jika dua di
antara variable-variabel tersebut telah ditetapkan, maka variable ketiga akan
tertentu harganya.
Dengan demikian, harga-K dapat ditampilkan sebagai
fungsi dari tekanan dan komposisi, temperatur dan komposisi, atau tekanan dan
temperatur. Dengan Ki adalah harga-K untuk komponen I dan Ki adalah harga-K
untuk komponen j. Volatillitas relatif ini adalah ukuran kemudahan terpisahkan
lewat eksploitasi perbedaan volatillitas. Menurut konsensus, volatillitas
relative ditulis sebagai perbandingan harga-K dari komponen lebih mudah menguap
(MVC = more-volatile component) terhadap harga-K komponen yang lebih
sulit menguap. Dengan demikian, harga α mendekati satu atau bahkan satu, maka
kedua komponen sangat sulit bahkan tidak mungkin dipisahkan lewat operasi
distilasi.
2.7 Distilasi Diferensial
Kasus distilasi batch (partaian) yang paling
sederhana adalah operasi yang menggunakan peralatan seperti pada gambar berikut
ini:
Gambar
2.1 Distilasi Diferensial
Keterangan
:
D
= laju alir distilat, mol/jam
yD
= komposisi distilat, fraksimol
V
= jumlah uap dalam labu
W
= jumlah cairan dalam labu
Pada alat ini, cairan dalam labu dipanaskan sehingga
sebagian cairan akan menguap dengan komposisi uap yD yang dianggap berada dalam
kesetimbangan dengan komposisi cairan yang ada di labu, xw. uap keluar labu menuju
kondenser dan diembunkan secara total. Cairan yang keuar dari kondenser
memiliki komposisi xD yang besarnya sama dengan yD. Dalam hal ini, distilasi berlangsung
satu tahap.
Uap yang keluar dari labu kaya akan komponen yang
lebih sukar menguap (A), sedangkan cairan yang tertinggal kaya akan komponen
yang lebih sukar menguap (B). Apabila hal ini berlangsung terus, maka komposisi
di dalam cairan akan berubah; komponen A akan semakin sedikit dan komponen B
akan semakin banyak. Hal ini juga berdampak pada komposisi uap yang dihasilkan.
Jika komposisi komponen A di dalam cairan menurun, maka komposisi komponen A di
dalam uap yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan tadi juga akan menurun.
Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi dalam operasi ini
berubah terhadap waktu. Jika operasi dilaksanakan pada tekanan tetap, perubahan
temperatur cairan dalam labu tidak terlalu besar, dan konstanta kesetimbangan
uap-cair dapat dinyatakan sebagai : y = Kx.
Untuk campuran biner, hubungan kesetimbangan dapat
dinyatakan dengan koefisien volatillitas relative, α.
BAB
III
ALAT,
BAHAN DAN PROSEDUR KERJA
3.1 Alat
dan Bahan
Skema
Peralatan:
Gambar
3.1 Skema Perangkat Distilasi Batch
|
3.1.1
Spesifikasi Alat:
1.
Kolom :
vigroux, panjang 150 cm
2.
Labu Pemanas : kapasitas 2 Liter
3.
Pemanas Labu : setengah bulatan, ± 1.5 kW
4.
Alat Ukur :
termometer raksa/alkohol
5.
Kondensor : jenis spiral dengan pendingin
air
3.1.2
Bahan: Campuran
biner alkohol-air
3.2
Prosedur Kerja
3.2.1
Kalibrasi Refraktometer
1.
Buat larutan etanol dengan konsentrasi
tertentu sebanyak 500 mL
2.
Kalibrasi refraktometer, etanol 96%
dengan
3.
Membersihkan permukaan kaca yang terdapat pada alat
dengan tissue.
4.
Meneteskan larutan etanol pada kaca yang terdapat pada
alat
5.
Menutup dengan rapat dan usahakan cahayanya banyak
yang masuk.
6.
Melihat pada lensa atas,untuk kemudian mengatur alat
dengan memutar pengatur (potensio) yang ada di samping alat.
7.
Pengaturan ini bertujuan untuk mendapatkan perbedaan
warna gelap dan terang tepat di tengah-tengah garis, dimana akan terlihat garis
silang (untuk melihat perbedaan warna, digunakan lensa bagian atas)
8.
Setelah mendapatlkan perbedaan warna yang jelas,
kemudian mencatat angka (indeks bias) yang tertera pada lensa bagian bawah. Pembacaan
nilai refraktometer sama seperti pembacaan jangka sorong
9.
Tentukan indeks biasnya
10. Buat
grafik hubungan indeks bias dengan konsentrasi
3.2.2 Refluks Total
1. Rangkaian peralatan pada rig/kerangkanya
dengan baik. Perhatikan semua sambungan dan dudukan-dudukan.
2. Isikan campuran yang hendak dipishakan, ke
dalam lab didih denga tidak lupa menambahkan batu didih untuk mencegah gejolak
selama operasi berlangsung.
3. Naikkan dongkrak sedemikian hingga labu
didih dan pemanas tersangga dengan baik dan terhubungkan dengan kolom
distilasi.
4. Periksa aliran air pendinginmenuju kondensor
beserta saluran keluarnya. Perhatikan bahwa aliran air pendingin masuk di
bagian kondensor yang berhubungan dengan kolom distilasi.
5. Persiapkan pengatur refluks sedemikian
hingga semua kondensat dikembalikan ke dalam kolom.
6. Pasang semua thermometer dan alat mencuplik
pada tempatnya.
7. Nyalakan pemanas listrik. Atur sedemikian
hinggga pemanasan berlangsung baik dan uap terbentuk dapat mencapai kondensor
8. Setelah teramati adanya kondensat yang
kembali ke dalam kolom, catat temperatur bawah dan atas kolom setiap jangka
waktu tertentu bersama dengan pengambilan cuplikan distilat.
9.
Analisa distilat tersebut
10. Lakukan langkah 8 dan 9 terus
menerus hingga harga temperatur dan konsentrasi distilat konstan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.1.1 Data Larutan Standar
Etanol
Volume
Etanol (mL)
|
Volume
air (mL)
|
[Etanol]
|
Indeks
Bias
|
0
|
5
|
0
|
1.3311
|
0.5
|
4.5
|
0.096
|
1.3311
|
1
|
4
|
0.192
|
1.3323
|
1.5
|
3.5
|
0.288
|
1.3333
|
2
|
3
|
0.384
|
1.3336
|
2.5
|
2.5
|
0.480
|
1.3341
|
3
|
2
|
0.576
|
1.3343
|
3.5
|
1.5
|
0.672
|
1.3344
|
4
|
1
|
0.768
|
1.3351
|
4.5
|
0.5
|
0.864
|
1.3362
|
5
|
0
|
0.960
|
1.3283
|
Umpan
|
0.5
|
Tabel
4.1.2 Data Konsentrasi Distilat dan Residu
Waktu (menit)
|
Indeks Bias Distilat
|
Indeks Bias Residu
|
Konsentrasi Distilat
|
Konsentrasi Residu
|
Suhu
Distilat
|
Suhu
Residu
|
0
|
1.331
|
1.339
|
0.4356
|
0.3130
|
66
|
78
|
4
|
1.332
|
1.3338
|
0.3130
|
0.2823
|
68
|
78
|
8
|
1.333
|
1.3338
|
0.3743
|
0.3130
|
65
|
80
|
12
|
1.335
|
1.3338
|
0.4049
|
0.3130
|
67
|
81
|
16
|
1.334
|
1.3338
|
0.4356
|
0.3436
|
67
|
81
|
20
|
1.331
|
1.337
|
0.4049
|
0.2517
|
67
|
81
|
24
|
1.331
|
1.337
|
0.4049
|
0.2517
|
67
|
81
|
28
|
1.335
|
1.337
|
0.4356
|
0.3436
|
67
|
82
|
32
|
1.334
|
1.336
|
0.4049
|
0.2517
|
67
|
84
|
36
|
1.332
|
1.335
|
0.4049
|
0.2517
|
67
|
91
|
Gambar
4.1 Kurva
Hubungan antara Indeks Bias dengan [Etanol]
Dari
kurva yang diperoleh diatas, dapat dilihat hubungan indeks bias dengan
konsentrasi etanol sangat baik. Ini
ditunjukkan dengan nilai regresi yang hampir mendekati 1 yaitu 0,998. Larutan
standar ini berarti baik untuk acuan pada pengukuran sampel lainnya dan dapat
digunakan untuk mengkalibrasi refraktometer.
4.2.2 Distilat
Gambar
4.2 Kurva
Hubungan antara [Distilat] dengan Waktu
Dari
kurva yang didapatkan diatas, dapat dilihat bahwa regresinya buruk dan menjauhi
1. Dapat dilihat bahwa konsentrasi distilat
pada waktu yang cenderung naik terus, didapatkan nilai konsentrasi yang
naik turun dan tidak stabil. Pengambilan distilat diberhentikan jika indeks
biasnya telah konstan, dan disini konstan pada konsentrasi 0.4049.
4.2.3 Residu
Gambar
4.3 Kurva
Hubungan antara [Residu] dengan Waktu
Sama
dengan kurva pada distilat, didapatkan kurva yang buruk dan memiliki regresi
menjauhi 1. Tetapi pada kurva konsentrasi residu ini, garisnya cenderung lurus
ke bawah sedangkan pada distilat cenderung lurus ke atas. Konsentrasi yang didapatkan disini juga naik
turun, dengan pengukuran yang sama dengan pengukuran indeks bias distilat dan
dihentikan jika indeks biasnya konstan yaitu pada konsentrasi 0.2517 .