Pengertian Absorpsi
Definisi Absorpsi adalah proses
penyerapan suatu zat oleh zat lain. Dalam proses ini, zat yang diserap masuk ke
bagian dalam zat penyerap. Misalnya peristiwa pelarutan (gas ke dalam zat cair
atau zat padat), difusi (zat cair ke dalam zat padat), warna yang diserap oleh
suatu benda (warna absorpsi), penyerapan sinar bias oleh suatu zat pada
peristiwa bias kembar (absorpsi selektif) dan penyerapan energy oleh electron
di dalam satuan atom (spectrum absorpsi). Sedangkan pengertian absorpsimetri
adalah metode analisis untuk menentukan komposisi suatu zat dengan mengukur
cahaya yang diserap bahan itu. Misalnya, dengan mengetahui frekuensi warna
cahaya yang diserap, dapat ditentukan jenis zat penyerap.
LAPORAN OPERASI TEKNIK KIMIA ABSORBSI
Dasar Teori
Absorbsi merupakan salah satu proses pemisahan
dengan mengontakkan campuran gas dengan cairan sebagai penyerapnya. Penyerap
tertentu akan menyerap setiap satu atau lebih komponen gas. Pada absorbsi
sendiri ada dua macam proses yaitu :
a.
Absorbsi fisik
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan
penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah
absorbsi gas H2S dengan air, metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan
terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau pelarutan
gas ke fase cair. Dari asborbsi fisik ini ada beberapa teori untuk menyatakan
model mekanismenya, yaitu :
1.
teori model film
2.
teori penetrasi
3.
teori permukaan yang
diperbaharui
b.
Absorbsi kimia
Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan
penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah
absorbsi dengan adanya larutan MEA, NaOH, K2CO3, dan
sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan
gas CO2 pada pabrik amoniak. Penggunaan absorbsi kimia pada fase
kering sering digunakan untuk mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna
dari campuran gasnya. Keuntungan absorbsi kimia adalah meningkatnya koefisien
perpindahan massa gas, sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya
luas efektif permukaan. Absorbsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang
hampir stagnan disamping penangkapan dinamik.
Hal-hal yang mempengaruhi dalam prsoses
adsorbsi :
Ø Zat yang diadsorbsi
Ø Luas permukaan yang diadsorbsi
Ø Temperatur
Ø Tekanan
Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan
bahan yang akan diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun
secara reaksi kimia. Absorben sering juga disebut sebagai cairan
pencuci. Persyaratan absorben :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang
akan diabsorpsi yang sebesar mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit,
volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah
Jenis-jenis bahan
yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas yang dapat
larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat
bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi
seperti basa).
Kolom Absorpsi
Adalah suatu kolom
atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan)
dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan
melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut
dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen
tersebut. Diantara jenis-jenis absorben ini antara lain, arang aktif,
bentonit, dan zeolit.
1. Arang aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang
mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung
karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung,
diusahakan agar tidak terjadikebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga
bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak
teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat
digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas
permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika
terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan aktif faktor bahan-bahan
kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian,
arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang
demikian disebut sebagai arang aktif. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas
dan senyawa-senyawa
kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif,
tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap
arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat arang aktif. Arang
aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat dan
sebagai penyerap uap. Arang aktif sebgai pemucat, biasanya berbentuk
powder yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000 A0,
digunakan dalam fase cair,berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang
menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari
zat-zat penganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri
baru. Diperoleh dari serbukserbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau
dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang
lemah.
Arang aktif sebagai penyerap uap, biasanya
berbentuk granular atau pellet yang sangat keras diameter pori berkisar
antara 10-200 A0 , tipe pori lebih halus, digunakan
dalam rase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut,
katalis,pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang,
batu bata atau bahan baku yang mempunyaibahan baku yang mempunyai
struktur keras.
2. Zeolit
Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal,
melainkan sekelompok mineral yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara
umum mineral zeolit adalah senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali
tanah. serta mempunyai rumus kimia sebagai berikut :
M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O
Dengan M = e.g Na, K, Li, Ag, NH, H, Ca, Ba
Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur
kristal, sedangkan logam alkali adalah kation yang mudah tertukar. Jumlah
molekul air menunjukkan jumlah pori-pori atau volume ruang hampa yang akan
terbentuk bila unit sel kristal zeolit tersebut dipanaskan. Penggunaan
zeolit cukup banyak, misalnya untuk industri kertas, karet, plastik, agregat
ringan, semen puzolan, pupuk, pencegah polusi, pembuatan gas asam, tapal gigi,
mineral penunjuk eksplorasi, pembuatan batubara, pemurnian gas alam, industri
oksigen, industri petrokimia.
Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam
kristal zeolit terisi oleh molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitas
kation. Bila kristal tersebut dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada
temperatur 250-900 oC, maka kristal zeolit yang bersnagkutan
berfungsi menyerap gas atau cairan. Daya serap (absorbansi) zeolit tergantung
dari jumlah ruang hampa dan luas permukaan. Biasanya mineral zeolit mempunyai
luas permukaan beberapa ratus meter persegi untuk setiap gram berat. Beberapa
jenis mineral zeolit mampu menyerap gas sebanyak 30% dari beratnya dalam
keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya dilakukan dalam ruang hampa dengan
menggunakan gas atau udara kering nitrogen atau methana dengan maksud
mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit itu sendiri.
3. Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang
mengandung monmorillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok
dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari penemu atau peneliti,
misal ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lain-lain. Bentonit
dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-munium silikat
hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung
yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan
melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam
fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Sifat bentonit sebagai
adsorben adalah :
Ø mempunyai surface area yang besar (fisika)
Ø bersifat asam yang padat (kimia)
Ø bersifat penukar-ion (kimia)
Ø bersifat katalis (kimia)
Aplikasi Absorbsi
Absorbsi dalam dunia industri digunakan untuk
meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya.
1. Proses Pembuatan Formalin
Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas
dapat dihasilkan melalui proses absorbsi.Teknologi proses pembuatan formalin
Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor
yang berupa gas yang mempunyai suhu 1820C didinginkan pada kondensor hingga
suhu 55 0C,dimasukkan
ke dalam absorber.Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandunglarutan formalin
dengan kadar formaldehid sekitar 37 – 40%. Bagian terbesar dari metanol,
air,dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari menara, dan
hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid dari gas terjadi
dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan air proses.
2. Proses Pembuatan Asam Nitrat
Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2).Proses
pembuatan asam nitrat Tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung
dalam kolom absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO
menjadi NO2 dan reaksi
absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai empat
fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu air umpan absorber,
udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu asam nitrat produk
dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam nitrat dengan
konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih dari 200 ppm.
Aplikasi absorbsi lainnya seperti proses
pembuatan urea,produksi ethanol, minuman berkarbonasi, fire extinguisher,dry
ice,supercritical carbon dioxide dan masih banyak lagi aplikasi absorbsi dalam
industri.
Selain itu
absorbsi ini juga digunakan untuk memurnikan gas yang dihasilkan dari
fermentasi kotoran sapi. Gas CO2 langsung bereaksi dengan larutan
NaOH sedangkan CH4 tidak. Dengan berkurangmya konsentrasi CO2
sebagai akibat reaksi dengan NaOH, maka perbandingan konsentrasi CH4
dengan CO2 menjadi lebih besar untuk konsentrasi CH4.
Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat
dilukiskan sebagai berikut:
CO2(g) +
NaOH(aq) → NaHCO3(aq)
NaOH(aq)
+ NaHCO3 → Na2CO3(s) + HO(l) +
CO2(g) +
2NaOH(aq) → Na2CO3(s) + H2O(l)
Dalam
kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena
bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32-
Prinsip Absorbsi
Udara yang mengandung
komponen terlarut (misalnya CO2) dialirkan ke dalam kolom pada
bagian bawah. Dari atas dialirkan alir. Pada saat udara dan air bertemu dalam
kolom isian, akan terjadi perpindahan massa. Dengan menganggap udara tidak
larut dalam air (sangat sedikit larut),maka hanya gas CO2 saja yang
berpindah ke dalam fase air (terserap). Semakin ke bawah, aliran air semakin
kaya CO2. Semakin ke atas ,aliran udara semakin miskin CO2.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada operasi absorpsi adalah sebagai berikut :
·
Laju alir air. Semakin
besar,penyerapan semakin baik.
·
Komposisi dalam aliran
air. Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan CO2 (misalnya
NaOH) maka penyerapan lebih baik.
·
Suhu operasi.Semakin
rendah suhu operasi,penyerapan semakin baik.
·
Tekanan operasi.Semakin
tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik sampai pada batas tertentu.
Diatas tekanan maksimum (untuk hidrokarbon biasanya 4000-5000 kPa), penyerapan
lebih buruk.
·
Laju alir gas. Semakin
besar laju alir gas, penyerapan semakin buruk.
Operasi absorpsi dapat digambarkan
secara skematik sebagai berikut :
Y1 L,X0 Keterangan
:
G = laju alir udara bebas CO2
Y1 = rasio laju alir CO2 terhadp udara pada aliran gas
keluar
Yn+1
= rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran gas
masuk
L =
laju alir air bebas CO2
X0
= rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran air masuk
Xn
= rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran air keluar
G, Yn+1 Xn
Gambar 1.Skema proses Absorpsi.
Naraca massa total dalam kolom
absorber dapat ditulis sebagai berikit :
G(Yn+1 – Y1)
= L(Xn –X0)
II.
Data Pengamatan
Laju alir Udara = 60
L/menit
Laju alir Air = 4 L/menit
Laju alir CO2 = 2 L/menit
Absorber : Larutan NaOH 0,1 N
(20 Liter)
Larutan
Penitrasi : HCl 0,1 N
Volume Sampling : 10 mL
Tabel Pengamatan Titrasi Sampel
Sampel
ke-
|
t (menit)
|
Volume
HCl ke-1
(a
mL)
|
Volume
HCl ke-2
(b
mL)
|
1
|
0
|
8,0
|
5,0
|
2
|
5
|
7,0
|
9,1
|
3
|
10
|
6,2
|
9,7
|
4
|
15
|
6,0
|
10,2
|
5
|
20
|
5,3
|
10,7
|
6
|
25
|
5,0
|
11,1
|
7
|
30
|
4,7
|
11,5
|
III. Pengolahan
Data
1)
t = 0 menit
n Na2CO3 =
=
=
0.08 mol
n NaHCO3 =
=
=
-0.03 mol
n CO2 =
n Na2CO3 +
n NaHCO3
= 0.08 + (-0.03)
=
0.05 mol
2)
t = 5 menit
n Na2CO3 =
=
=
0.07 mol
n NaHCO3 =
=
=
0.021 mol
n CO2 =
n Na2CO3 +
n NaHCO3
= 0.07 + 0.021
=
0.091 mol
3)
t = 10 menit
n Na2CO3 =
=
=
0.062 mol
n NaHCO3 =
=
=
0.035 mol
n CO2 =
n Na2CO3 +
n NaHCO3
= 0.062 + 0.035
=
0.097 mol
4)
t = 15 menit
n Na2CO3 =
=
=
0.06 mol
n NaHCO3 =
=
=
0.042 mol
n CO2 =
n Na2CO3 +
n NaHCO3
= 0.06 + 0.042
=
0.102 mol
5)
t = 20 menit
n Na2CO3 =
=
=
0.053 mol
n NaHCO3 =
=
=
0.054 mol
n CO2 =
n Na2CO3 +
n NaHCO3
= 0.053 + 0.054
=
0.107 mol
6)
t = 25 menit
n Na2CO3 =
=
=
0.05 mol
n NaHCO3 =
=
=
0.061 mol
n CO2 =
n Na2CO3 +
n NaHCO3
= 0.05 + 0.061
=
0.111 mol
7)
t = 30 menit
n Na2CO3 =
=
=
0.047 mol
n NaHCO3 =
=
=
0.068 mol
n CO2 =
n Na2CO3 +
n NaHCO3
= 0.047 – 0.068
=
0.115 mol
No comments:
Post a Comment