ABSTRAK
Kebutuhan akan bahan
bakar minyak dalam negeri juga meningkat seiring meningkatnya pembangunan. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari
campuran mono alkil ester dari rantai panjang asam lemak yang dipakai sebagai
alternative bagi bahan bakar dari mesin diesel. Pada praktikum dalam proses
industri kimia ini hasil yang didapatkan, yaitu: berupa hasil rendemen sebesar
87,16 %, kadar air biodisel sebesar 9,91 %, gliserol yang dihasilkan sebesar
5,9318 gram, dan dengan menggunakan temperatur 60 0C selama satu
jam. Dalam praktikum ini dapat dsimpulkan bahwa untuk mendapatkan biodiesel
dengan rendemen yang tinggi yaitu dengan menggunakan temperatur 60 0C
selama satu jam.
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari
campuran mono alkil ester dari rantai panjang asam lemak yang dipakai sebagai
alternative bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber
terbaharui sepetri minyak nabati atau lemak hewan.
Biodiesel merupakan bahan bakar dari
proses transesterifikasi lipid untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang
diinginkan dan membuang lemak bebas. Setelah melewati proses ini tidak seperti
minyak nabati langsung biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan
diesel dari minyak bumi dan dapat menggantikan mingak bumi dalam banyak kasus.
Namun biodiesel lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum.
Bahan bakar nabati bioetanol dan biodiesel merupakan dua kandidat
kuat pengganti bensin dan solar yang
selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin Diesel. Pemerintah Indonesia
telah mencanangkan pengembangan dan implementasi dua macam bahan bakar
tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi krisis energi yang mendera bangsa
namun juga sebagai salah satu solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.
Oleh sebab itu pada kali ini kami akan mencoba untuk
menbuat minyak biodiesel dari minyak goreng murni sehingga nantinya diharapkan
mahasiswa dapat membuat biodiesel ataupun memahami prinsip kerjanya untuk dapat
diimplementasikan dikehidupan nantinya.
1.2.
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada praktikum kali ini adalah hanya sampai pada
proses pembuatan biodiesel dari minyak goreng murni dan tidak sampai pada uji
kualitas dari biodiesel itu sendiri.
1.3.
Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini anta lain :
1)
Mahasiswa
dapat mempelajari proses pembuatan biodiesel
2)
Mahasiswa
dapat mempelajari pengaruh temperature dan waktu transesterifikasi terhadap
rendemen
3)
Mahasiswa
dapat mempelajari pengaruh katalis pada pembuatan biodiesel
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Sejarah Biodiesel
Biodiesel pertama kali dikenalkan di Afrika selatan sebelum perang
dunia II sebagai bahan bakar kenderaan berat. Biodiesel didefinisikan sebagai
metil/etil ester yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau hewan dan memenuhi
kualitas untuk digunakan sebagai bahan bakar di dalam mesin diesel. Sedangkan
minyak yang didapatkan langsung dari pemerahan atau pengempaan biji sumber
minyak (oilseed), yang kemudian disaring dan dikeringkan (untuk
mengurangi kadar air), disebut sebagai minyak lemak mentah. Minyak lemak mentah
yang diproses lanjut guna menghilangkan kadar fosfor (degumming) dan
asam-asam lemak bebas (dengan netralisasi dan steam refining) disebut
dengan refined fatty oil atau straight vegetable oil (SVO).
SVO didominasi oleh trigliserida sehingga memiliki viskositas
dinamik yang sangat tinggi dibandingkan dengan solar (bisa mencapai 100 kali
lipat, misalkan pada Castor Oil). Oleh karena itu, penggunaan SVO secara
langsung di dalam mesin diesel umumnya memerlukan modifikasi/tambahan peralatan
khusus pada mesin, misalnya penambahan pemanas bahan bakar sebelum sistem pompa
dan injektor bahan bakar untuk menurunkan harga viskositas. Viskositas (atau
kekentalan) bahan bakar yang sangat tinggi akan menyulitkan pompa bahan bakar
dalam mengalirkan bahan bakar ke ruang bakar. Aliran bahan bakar yang rendah
akan menyulitkan terjadinya atomisasi bahan bakar yang baik. Buruknya atomisasi
berkorelasi langsung dengan kualitas pembakaran, daya mesin, dan emisi gas
buang.
Pemanasan bahan bakar sebelum memasuki sistem pompa dan injeksi
bahan bakar merupakan satu solusi yang paling dominan untuk mengatasi
permasalahan yang mungkin timbul pada penggunaan SVO secara langsung pada mesin
diesel. Pada umumnya, orang lebih memilih untuk melakukan proses kimiawi pada
minyak mentah atau refined fatty oil/SVO untuk menghasilkan metil ester
asam lemak (fatty acid methyl ester - FAME) yang memiliki berat molekul lebih
kecil dan viskositas setara dengan solar sehingga bisa langsung digunakan dalam
mesin diesel konvensional. Biodiesel umumnya diproduksi dari refined
vegetable oil menggunakan proses transesterifikasi. Proses ini pada
dasarnya bertujuan mengubah [tri, di, mono] gliserida berberat molekul dan
berviskositas tinggi yang mendominasi komposisi refined fatty oil
menjadi asam lemak methil ester (FAME).
Konsep penggunaan minyak tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pembuatan
bahan bakar sudah dimulai pada tahun 1895 saat Dr. Rudolf Christian Karl Diesel
(Jerman, 1858-1913) mengembangkan mesin kompresi pertama yang secara khusus
dijalankan dengan minyak tumbuh-tumbuhan. Mesin diesel atau biasa juga disebut
Compression Ignition Engine yang ditemukannya itu merupakan suatu mesin motor
penyalaan yang mempunyai konsep penyalaan di akibatkan oleh kompressi atau
penekanan campuran antara bahan bakar dan oxygen didalam suatu mesin motor,
pada suatu kondisi tertentu. Konsepnya adalah bila suatu bahan bakar dicampur
dengan oxygen (dari udara) maka pada suhu dan tekanan tertentu bahan bakar
tersebut akan menyala dan menimbulkan tenaga atau panas. Pada saat itu, minyak
untuk mesin diesel yang dibuat oleh Dr. Rudolf Christian Karl Diesel tersebut
berasal dari minyak sayuran. Tetapi karena pada saat itu produksi minyak bumi
(petroleum) sangat melimpah dan murah, maka minyak untuk mesin diesel tersebut
digunakan minyak solar dari minyak bumi. Hal ini menjadi inpirasi terhadap
penerus Karl Diesel yang mendesain motor diesel dengan spesifikasi minyak
diesel.
Bahan bakar nabati bioetanol dan biodiesel merupakan dua kandidat
kuat pengganti bensin dan solar yang
selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin Diesel. Pemerintah Indonesia
telah mencanangkan pengembangan dan implementasi dua macam bahan bakar
tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi krisis energi yang mendera bangsa
namun juga sebagai salah satu solusi kebangkitan ekonomi masyarakat
2.2 Keuntungan Biodiesel
Keuntungan
lain dari biodiesel antara lain :
1.
Termasuk bahan bakar yang
dapat diperbaharui.
2.
Tidak memerlukan modifikasi
mesin diesel yang telah ada.
3.
Tidak memperparah efek rumah
kaca karena siklus karbon yang terlibat pendek.
4.
Kandungan energi yang hampir
sama dengan kandungan energi petroleum diesel.
5.
Penggunaan biodiesel dapat
memperpanjang usia mesin diesel karena memberikan lubrikasi lebih daripada bahan bakar petroleum.
6.
Memiliki flash point yang
tinggi, yaitu sekitar 200OC, sedangkan bahan bakar petroleum
diesel flash pointnya hanya 70 OC.
7.
Bilangan setana (cetane number) yang lebih
tinggi daripada petroleum diesel
Biodiesel tergolong bahan
bakar yang dapat diperbaharui karena diproduksi dari hasil pertanian, antara
lain : jarak pagar, kelapa, sawit, kedele, jagung, rape seed, kapas, kacang
tanah. Selain itu biodiesel juga bisa dihasilkan dari lemak hewan dan minyak
ikan. Penggunaan biodiesel cukup
sederhana, dapat terurai (biodegradable), tidak beracun dan pada dasarnya bebas
kandungan belerang (sulfur).
2.3 Perkembangan Biodiesel
Peningkatan
kebutuhan energi (BBM) yang sangat tinggi dewasa ini mendorong
industri-industri pengeboran dan pengolahan minyak untuk meningkatkan produksi
mereka. Peningkatan ini akan terus
terjadi setiap tahunnya seiring dengan pengembangan teknologi yang semakin maju
dan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Sayangnya, BBM yang tetap menjadi
tumpuan pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan energi tak-terbarukan. Hal ini
berdampak besar bagi ketersediaan energi tersebut di masa depan. Oleh karena
itu, penelitian mengenai energi alternatif yang terbarukan serta penerapannya
berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini.
Biodiesel adalah suatu
energi alternatif yang telah dikembangkan secara luas untuk mengurangi
ketergantungan kepada BBM. Biodiesel merupakan bahan bakar berupa metil ester
asam lemak yang dihasilkan dari proses kimia antara minyak nabati dan alkohol.
Sebagai bahan bakar, biodiesel mampu mengurangi emisi hidrokarbon tak terbakar,
karbon monoksida, sulfat, hidrokarbon polisiklik aromatik, nitrat hidrokarbon
polisiklik aromatik dan partikel padatan sehingga biodiesel merupakan bahan
bakar yang disukai disebabkan oleh sifatnya yang ramah lingkungan. Di beberapa negara, biodiesel
telah diproduksi dan dikonsumsi dalam jumlah banyak. Pada tahun 2008 produksi
biodiesel Amerika Serikat mencapai 700 juta gallon. Sebagian besar bahan baku yang
digunakan dalam produksi biodiesel di negara-negara tersebut adalah minyak
kedelai, minyak kanola, minyak kelapa sawit, dan minyak biji bunga matahari.
Namun, penggunaan bahan baku tersebut menjadi kendala baru bagi pemenuhan
kebutuhan pangan. Selain itu, minyak jarak yang telah dikembangkan untuk
mengatasi masalah tersebut secara ekonomi belum layak untuk dikembangkan lebih
lanjut dalam skala besar disebabkan oleh diskontinuitas suplai. Oleh karena
itu, pencarian bahan baku baru untuk biodiesel sangat diperlukan.
2.4 Pembuatan Biodiesel
Biodiesel
dapat berupa metil ester ataupun etil ester tergantung dari jenis alkohol yang
digunakan. Tetapi yang paling sering diproduksi adalah metil ester karena
metanol mudah didapat dan tidak
mahal.
Reaksi kimia yang terjadi pada pembuatan
biodiesel adalah sebagai berikut :
+ 3CH2OH 3RCOCH3
trigliserida alkohol biodiesel gliserol
Kondisi
proses produksi biodiesel dengan menggunakan katalis basa adalah :
1. Reaksi berlangsung pada temperatur dan
tekanan yang rendah (150°F dan 20 psi).
2.
Menghasilkan konversi yang tinggi (98%) dengan waktu reaksi dan
terjadinya reaksi samping yang minimal.
3.
Konversi langsung menjadi biodiesel tanpa tahap intermediate.
4. Tidak memerlukan konstruksi peralatan yang
mahal.
Secara
umum, pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut :
Katalis
dan stearin dimasukkan ke dalam reaktor, kemudian dialirkan metanol hasil
destilasi ke bagian bawah reaktor. Katalis yang umum digunakan adalah natrium
hidroksida (kaustik soda). Campuran bereaksi pada temperatur 150°F selama 1
sampai 8 jam dengan pengadukan yang kuat. Katalis yang ditambahkan harus cukup
untuk mengkatalis reaksi dan juga bereaksi dengan asam lemak bebas. Jika
kandungan asam lemak bebas terlalu tinggi (lebih dari 0,5 % - 1 %), atau jika
terdapat air dalam reaksi, sabun akan terbentuk dengan terlebih dahulu
membentuk emulsi dengan metanol dan minyak, sehingga reaksi metanolisis tidak
dapat terjadi. Karena itu minyak yang digunakan harus diolah sedemikian rupa
untuk membuang asam lemak bebas dan semua laju umpan masuk dijaga agar bebas
air.
Biasanya dalam pembuatan biodiesel
digunakan metanol berlebih supaya minyak ataupun lemak yang digunakan
terkonversi secara total membentuk ester. Kelebihan metanol dapat dipisahkan
dengan proses destilasi. Metanol yang diperoleh kembali ini dapat digunakan
lagi untuk proses pembuatan biodiesel. Selanjutnya Pada tahap ini juga perlu
dijaga agar air tidak terakumulasi pada alur pengeluaran metanol.
Setelah reaksi selesai dan metanol telah
dipisahkan, terbentuk dua produk utama, yaitu gliserol dan metil ester. Karena
adanya perbedaan densitas (gliserol 10 lbs/gal dan metil ester 7,35 lbs/gal)
maka keduanya dapat terpisah secara gravitasi. Gliserol terbentuk pada lapisan
bawah sementara metil ester pada lapisan atas.
Gliserol yang dihasilkan mengandung katalis yang tidak terpakai dan
sabun. Pemurnian gliserol dapat dilakukan dengan penambahan asam membentuk
garam dan dialirkan ke tempat penyimpanan gliserol kotor. Gliserol yang
diperoleh biasanya memiliki kemurnian sekitar 80 – 88 % dan dapat dijual sebagai
gliserol kotor. Setelah dipisahkan dari gliserol, metil ester dicuci dengan air
hangat untuk membuang residu katalis dan sabun, lalu dikeringkan dan dialirkan
ke tempat penyimpanan. Metil ester yang dihasilkan biasanya mempunyai kemurnian
98 % dan siap dijual sebagai bahan bakar (biodiesel).
Adapun
faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi antara lain :
1. Waktu Reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan
kontak antar zat semakin besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar.
Jika kesetimbangan reaksi sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi
tidak akan menguntungkan karena tidak memperbesar hasil.
2. Pengadukan
Pengadukan
akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi dengan zat yang
bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi sempurna. Sesuai dengan
persamaan Archenius :
k = A e(-Ea/RT)
dimana,
T = Suhu absolut ( ºC)
R = Konstanta gas umum (cal/gmol
ºK)
E = Tenaga aktivasi (cal/gmol)
A = Faktor tumbukan (t-1)
k = Konstanta kecepatan reaksi (t-1)
Semakin
besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan reaksi.
Sehingga dalam hal ini pengadukan sangat penting mengingat larutan
minyak-katalis-metanol merupakan larutan yang immiscible.
3. Katalisator
Katalisator berfungsi untuk mengurangi
tenaga aktivasi pada suatu reaksi sehingga pada suhu tertentu harga konstanta
kecepatan reaksi semakin besar. Pada reaksi esterifikasi yang sudah dilakukan
biasanya menggunakan konsentrasi katalis antara 1 - 4 % berat sampai 10 % berat
campuran pereaksi.
4. Suhu Reaksi
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka
semakin banyak konversi yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan persamaan
Archenius. Bila suhu naik maka harga k makin besar sehingga reaksi berjalan
cepat dan hasil konversi makin besar.
2.5 Sifat Fisik Biodiesel
Tabel.
2.1. Sifat Fisik Biodiesel
No.
|
Parameter
|
Value
|
||
Palm Biodiesel
|
Jatropha Biodiesel
|
Solar
|
||
1.
|
Density, g/ml (15°)
|
0.868
|
0.879
|
0.83
|
2.
|
Kinematik Viscoity (Cst)
(40°C)
|
5.3
|
4.84
|
5.2
|
3.
|
Cloud Point (°C)
|
16
|
5
|
18
|
4.
|
Flash Point (°C)
|
174
|
191
|
70
|
5.
|
Calorific Value, LHV (MJ/kg)
|
37-38
|
37-38
|
41
|
6.
|
Sulfur content (%-w)
|
< 50 ppm
|
< 50 ppm
|
Max 0.5
|
7.
|
Cetane Number
|
62
|
51
|
42
|
8.
|
Bilangan Penyabunan (mg
KOH/g)
|
209.7
|
198
|
NA
|
9.
|
Iodine Value (mg I2/g)
|
45-62
|
95-107
|
NA
|
2.6 Macam-macam
katalis yang digunakan
Sesuai dengan fungsinya, katalis
dimanfaatkan untuk mempercepat suatu reaksi, ikut bereaksi tetapi tidak ikut
terkonsumsi menjadi produk. Percobaan untuk menguji performa beberapa katalis
telah dilakukan pada proses pembuatan Biodiesel dan disajikan pada Tabel di
bawah ini. Tabel di bawah menunjukkan bahwa kandungan silika yang banyak
bersifat tidak aktif pada reaksi metanolisis dan yang sangat aktif adalah
katalis dengan kandungan senyawa komponen Kalsium dan Natrium. Senyawa dengan
nilai 10 memberi arti katalis mampu
mengkonversi hingga 95%, tetapi pada kenyataannya katalis tersebut juga banyak
sekali menghasilkan sabun.
Tabel 2.2. Katalis Metanolisis dan Produksi Metil Ester
Asam-asam Lemak Relatif Katalis
Komposisi
Katalis
|
komposisi
|
Produksi metil ester asam lemak relatif
|
MgO
|
9,8 % MgO
|
-
|
SiO2
|
93% SiO2 ; 3 % Al2O3
|
-
|
CaO
|
7% CaO ; 72% Al2O3
|
-
|
CaO.MgO
|
9,22% CaO ;
91% MgO
|
10
|
CaO. Al2O3
|
14,8% CaO ; 85,2%Al2O3
|
-
|
CaO.SiO2
|
12,6% CaO ; 87,4%SiO2
|
-
|
CaO bubuk
|
3
|
|
CaO.MgO. Al2O3
|
6,34% CaO ; 5,64% MgO ; 86% Al2O3
|
0,5
|
K2CO3.MgO
|
4,76% K2CO3 ; 95,2% MgO
|
5
|
K2CO3.Al2O3
|
14,2% K2CO3 ;85% Al2O3
|
4
|
K2CO3 bubuk
|
6
|
|
Na2CO3 bubuk
|
0,8
|
|
Fe2O3.MgO
|
2,73% Fe2O3 .SiO2O; 97,3% MgO
|
-
|
CH3ONa.SiO2
|
1,5% - 3,6% CH3ONa ; 98,5% - 96,5% SiO2
|
2
|
Sumber : Peterson dan Scarrah, 1984 (dikutip dari
Zahrina, 2000)
Katalis-katalis
dengan komponen Kalsium dan Magnesium kurang baik digunakan sebagai katalis
karena cendrung membentuk sabun (memiliki sifat ganda). Senyawa yang mengikat komponen Si, Mg dan Al
cendrung berfungsi sebagai penyangga katalis.
Katalis Logam seperti Cu dan Sn pada reaksi metanolisis tidak ditemukan
hasil berupa metil ester. Katalis yang bersumber dari limbah seperti janjang sawit dan limbah sekam padi
juga dapat digunakan sebagai katalis. Sekam padi mengandung senyawa dengan
komponen K dan Na, janjang sawit banyak mengandung komponen K yang baik sebagai
katalis.
2.7 Metil Ester Asam Lemak Sebagai Komponen
Biodiesel
Metil ester asam lemak memiliki rumus
molekul Cn-1H2(n-r)-1CO–OCH3 dengan nilai n yang umum adalah angka genap antara 8 sampai dengan 24
dan nilai r yang umum 0, 1, 2, atau 3. Beberapa metil ester asam lemak yang
dikenal adalah :
1.
Metil stearat, C17H35COOCH3
[n = 18 ; r = 0]
2.
Metil palmitat, C15H31COOCH3 [n
= 16 ; r = 0]
3.
Metil laurat, C11H23COOCH3
[n = 12 ; r = 0]
4.
Metil oleat, C17H33COOCH3
[n = 18 ; r = 1]
5.
Metil linoleat, C17H31COOCH3 [n
= 18 ; r = 2]
6.
Metil linolenat, C17H29COOCH3 [n = 18 ; r = 3]
Kelebihan
metil ester asam lemak dibanding asam-asam lemak lainnya :
1. Ester dapat diproduksi pada suhu reaksi
yang lebih rendah.
2.
Gliserol yang dihasilkan dari metanolisis adalah bebas air.
3.
Pemurnian metil ester lebih mudah dibanding dengan lemak lainnya karena
titik didihnya lebih rendah.
4.
Metil ester dapat diproses dalam peralatan karbon steel dengan biaya
lebih rendah daripada asam lemak yang memerlukan peralatan stainless
steel.
Metil ester asam lemak tak jenuh memiliki
bilangan setana yang lebih kecil dibanding metil ester asam lemak jenuh (r =
0). Meningkatnya jumlah ikatan rangkap suatu metil ester asam lemak akan
menyebabkan penurunan bilangan setana. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
untuk komponen biodiesel lebih dikehendaki metil ester asam lemak jenuh seperti
yang terdapat dalam fraksi stearin minyak sawit.
2.8 Minyak Nabati Sebagai
Komponen Biodiesel
Industri pengolahan minyak sawit
menghasilkan fraksi olein dan stearin. Fraksi olein lebih baik digunakan untuk
pembuatan minyak goreng, karena asam lemak tak jenuh yang terkandung di
dalamnya lebih mudah dihancurkan di dalam tubuh. Fraksi stearin biasanya
digunakan sebagai bahan baku pada pabrik oleokimia dan untuk diekspor. Akan
tetapi, saat ini ekspor stearin mendapat saingan dari negara lain yang juga
penghasil kelapa sawit seperti Malaysia. Akibatnya, fraksi stearin akan terus
berlimpah karena produksi oleokimia dalam negeri sampai kini juga masih sangat
sedikit dibanding produksi bahan baku yang terus meningkat.
Stearin memiliki asam lemak jenuh yang
lebih banyak daripada fraksi olein, karena itu fraksi stearin memiliki bilangan
setana lebih besar. Kedua alasan di atas menjadikan fraksi stearin sebagai
sumber yang tepat untuk dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel .
BAB
III
PROSEDUR KERJA
3.1. Alat
1)
Reaktor
Serbaguna
2)
Beaker
Glass
3)
Hot
Plate Stirer
4)
Termometer
5)
Corong
Pemisah
6) PH Meter
3.2. Bahan
1)
Minyak
Kelapa Murni
2)
KOH
3)
Metanol
3.3. Cara Kerja
1)
Minyak
Kelapa murni dicampurkan dengan pelarut
methanol sebanyak 16,3 % dari massa minyak kelapa, dan KOH sebanyak 3,5 g untuk
setiap liter minyak kelapa.
2)
Campurkan
minyak kelapa, methanol dan KOH diaduk dengan menggunakan hot plate stirrer
dengan kecepatan pedadukan 450-500 rpm dan temperature 50-70oC
selama 1-2 jam
3)
Setelah
mencapai waktu yang ditentukan, dilakukan proses pengendapan (settling) untuk
memisahkan antara lapisan metil ester dengan gliserol. Metil Ester akan
terdapat pada lapisan atas dan gliserol terdapat pada lapisan bawah. Metil
ester yang telah dipisahkan akan di transesterifikasi II.
4)
Metil
ester dicampur dengan pelarut methanol dan KOH yang pemakaiannya tergantung
kepada hasil pada transesterifikasi 1. Campuran ini diaduk dengan menggunakan
hot plate stirrer dengan kecepatan pengadukan 450-500 rpm dan temperature 50-70
oC selama 1-2 jam (proses transesterifikasi II)
5)
Setelah
mencapai waktu yang ditentukan kembali dilakukan proses pengendapan untuk
memisahkan metal ester dengan gliserol
6)
Metil
ester yang telah dipisahkan selanjutnya dicuci menggunakan air panas pada
temperature 55oC Proses pencucian dilakukan hingga pH 6,8-7,2
7)
Metil
ester yang telah dicuci dipanaskan dengan temperature 110-130 selama 10 menit
8)
Metil
ester selanjutnya disaring menggunakan kertas saring
9)
Hitung
rendemen, kadar air minyak biodiesel, gliserol yang dihasilkan
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL
Hasil
yang didapatkan dari praktikum, yaitu :
1. Rendemen
yang dihasilkan : 87,16 %
2. Kadar
air biodisel : 9,91 %
3. Gliserol
yang dihasilkan : 5,9318 gram
4.2
PEMBAHASAN
1. Pengaruh
temperatur terhadap rendemen
Dari
praktikum yang dilakukan dengan temperatur 60 0C didapatkan rendemen
yang tinggi yaitu 87,16%, dibandingkan dengan rendemen yang dihasilkan dengan
menggunakan suhu proses kurang dari 60 0C yaitu 50 0C
yang dilakukan, bahkan dengan suhu 50 0C tidak ada biodisel yang
dihasilkan ini berarti temperatur 60 0C merupakan temperatur optimal
untuk pembuatan biodisel.
2. Pengaruh
waktu transesterifikasi terhadap rendemen
Dari
praktikum yang telah dilakukan tidak dapat dibandingkan secara jelas waktu
proses karena waktu yang digunakan hanya satu jam. Namun dari rendemen yang
dihasilkan, yaitu 87,16 % dan dengan waktu proses satu jam dapat disimpulkan
bahwa waktu yang satu jam tersebut merupakan waktu optimum dalam pembuatan
biodisel.
3. Pengaruh
pengadukan saat pemanasan dan pengocokan saat pencucian terhadap hasil
Dari
praktikum yang telah dilakukan , pengadukan saat pemanasan selama satu jam dan
dengan pengocokan saat pencucian dengan aquadest sangat mempengaruhi hasil
biodisel yang dihasilkan. Untuk hasil yang baik pada proses pemanasan sebaiknya
dilakukan pengadukan dan pada saat pengocokan pada pencucian dengan aquadest
dilakukan pengadukan dan pada saat pengocokan pada pencucian dengan aquadest
dilakukan dengan cara yang benar, sehingga biodisel yang dihasilkan dapat
terpisah dengan sempurna dengan aquadest.
KESIMPULAN
Dari
praktikum yang telah dilakukan diperoleh data dan kemudian diolah, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Rendemen
yang dihasilkan 87,16 % dengan kadar air 9,91 % dan gliserol yang dihasilkan
5,9318 gram.
2. Dengan
menggunakan temperatur 60 0C dan lama waktu proses selama satu jam
sehingga didapatkan rendemen biodisel yang tinggi.
Dharsono Wulandari, dkk. 2010. Proses
Pembuatan Biodiesel Dari Dedak Dan Metanol Dengan Esterifikasi In Situ.
Jurusan Teknik Kimia Fakulitas Teknik.
UNDIP. Semarang.
Haryanto Bode. 2002. Bahan Bakar Alternatif Biodiesel. Jurusan
Teknik Kimia Fakulitas Teknik : USU. Medan
Harmiwati. 2011. Modul Praktikum Proses Industri Kimia I.
Jurusan Teknik Kimia Fakulitas Teknik : ATIP. Padang.
Sudradjat R, dkk. 2010. Pembuatan Biodiesel Biji Kepuh Dengan Proses
Transesterifikasi. Jurnal Penelitian
Hasil Hutan. Pusat Litbag Hasil Hutan. Bogor.
Sampel Minyak : 50 gram
Waktu proses : 1 jam
Temperatur : 60 0C
1. Transesterifikasi
1
Gelas
piala kosong : 106,1729 gram
Gelas
piala + Biodisel : 154, 8852 gram
Biodisel : (154,8852 – 106,1729) gram = 48,7123 gram
Gelas
piala kosong : 60,8464 gram
Gelas
piala + Gliserol : 61,9399 gram
Biodisel : (61.9399 – 60,8464) gram = 1,0935 gram
2. Transesterifikasi
2
Gelas
piala kosong : 106,1729 gram
Gelas
piala + Biodisel : 149,7546 gram
Biodisel : (149,7546
– 106,1729) gram = 43,5817 gram
Gelas
piala kosong : 60,8464 gram
Gelas
piala + Gliserol : 66,7782 gram
Biodisel : (66,7782 – 60,8464) gram = 5,9318 gram
3. Kadar
Air Biodisel
4. Rendemen
Biodisel
Lembar
Data
Transesterifikasi
1 : 1. KOH : 0,175 gram
2.
Metanol : 8,15 gram
3.
Biodisel : 48,7123 gram
4.
Gliserol : 1,0935 gram
Transesterifikasi
2 : 1. KOH : 0,171 gram
2.
Metanol : 7,940 gram
3.
Biodisel : 43,5817 gram
4.
Gliserol : 5,9318
gram
Kadar
air biodisel : 9,91 %
Rendemen : 87,16 %
No comments:
Post a Comment